Senin, 30 November 2009

MOTIF DIRI DAN HARKAT MARTABAT BANGSA KU

Kalimat pertama Pembukaan UUD '45 membimbing kita untuk mengerti dan tegas mendukung usaha-usaha tegaknya hak-hak asasi manusia di atas dunia secara menyeluruh. Mari kita camkan sejenak isi kalimat itu.
"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan."
Jelas bahwa tegaknya hah-hak asasi manusia memang sudah semestinya. Apalagi jika ditilik dari kenyataan manusia sendiri sebagai makhluk berakal, berperasaan serta tahu menimbang adil dan tak adil baik untuk dirinya sendiri maupun untuk sesamanya.
Pahlawan-pahlawan berjuang melawa penjajah tidak lain adalah dengan maksud merebut kembali harkat martabat kemanusiaannya. Kemudian dengan penuh tanggungjawab menjaga hak-hak asasinya itu untuk saling dapat hormat menghormati antara sesama manusia dalam kehidupan yang berbangsa-bangsa.
Bertolak dari kenyataan di atas kiranya dapat dirasakan betapa menyedihkan bila di abad perluasan komunikasi dan pesatnya sarana interaksi sosial sekarang ini masih saja terjadi penginjak-injakan hal-hal asasi manusia, baik yang dilakukan dengan terselubung maupun yang secara terang-terangan.
Kita dapat maklum dan mudah memaafkan bilamana tindakan gegabah itu terjadi karena kurang pengertian. Tapi tindakan tersebut justru dilakukan oleh fihak-fihak yang cukup paham tapi tidak mau tahu dan bahkan sedikitpun tidak menaruh hormat terhadap kenyataan adanya hak-hak asasi di atas bumi. Malah sebaliknya bila terjadi hak-hak asasi atau kepentingan mereka sendiri yang terinjak, serta merta memperalat hukum yang berlaku dengan cara yang licik dan kotor. Kenyataan-kenyataan diputar balikkan tanpa mengindahkan tata kerama sosial dan rasa perasaan kemanusiaan serta pertimbangan-pertimbangan lain yang arif dan bijak. Yang tampil hanya sekedar mengejar kepentingan diri sendiri bagaimana dapat terpenuhi walau toh harus mengerbankan hak-hak orang lain.

Pandai bersyukur
Mari sejenak kita toleh ke belakang mengenang perjalanan para perintis kemerdekaan yang telah gugur demi tegaknya harkat martabat nusa dan bangsa.
Melihat kenyataan sejarah tentang tiga abad lamanya, tiga ratus tahun lamanya dalam penjajahan. Mereka bagaikan digembleng dalam penindasan serta tercambuk oleh penderitaan dan kemudian diperoleh kesimpulan yang selanjutnya terpanggil untuk memperjuangkan "amanat penderitaan rakyat". Itu motif mereka berjuang. Motif membela nasib nusa dan bangsa yang terpijak, tertindas berabad-abad dan boleh dikata sudah kehilangan harkat martabat kemanusiaannya. Dan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa tercapai impian mereka Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Dari refleksi tersebut di tas, jelas kita ini sekarang ini secara wutuh menerima warisan "hasil perjuangan dan do'a mereka yang terkabul" dari para pendahulu. Adakah masih kita sadari hal itu ???  Adakah kita masih dalam jalur yang benar untuk terus membenahi tegaknya harkat martabat bangsa dan negara ??? Adakah kita "pandai bersyukur" dengan semua itu ????  Ataukah justru kita akan porak porandakan lagi semua yang telah mereka rintis dengan "tumbal jiwa dan raga".

Memahami Motuf Diri
Dalam gerak manusia tidak boleh tidak pasti terdapat sebab-sebab atau alasan-alasan tertentu yang merupakan dorongan dari dalam dirinya sendiri mengapa ia harus berbuat sesuatu. Dorongan-dorongan itu bisa menimbulkan gerak berupa reflek ataupun gerak-gerak lain yang disadari sepenuhnya dan bahkan direncanakan matang. Dorongan-dorongan dari dalam diri manusia dengan segala macam latar belakangnya itu sebenarnya tak lepas dari kebutuhan manusia sendiri. Seperti halnya kita mencari air karena didorong oleh rasa haus yang tak tertahankan. Seorang gadis melarikan diri dari rumah orang tuanya karena didorong oleh rasa cinta kasih yang meluap-luap pada pria pujaan hatinya. Demikian pula "seorang patriot" yang rela berkorban jiwa dan raga karena didorong oleh panggilan yang menggebu-gebu di dalam dadanya untuk memperjuangkan "amanat penderitaan rakyat".
Dorongan dari dalam diri yang melingkupi semua penggerak itulah yang dinaksud dengan "motif". Patriot punya motif atas segala tindakan yang dilakukannya. Kita kesana kemari mencari air juga ada motifnya. Seorang gadis yang lari dari rumah orang tuanya juga punya motifnya sendiri. Bahkan ketika kita terkejutpun ada motif tertentu yang secara reflek bergerak hendak mencukupi kebutuhan kita sendiri dalam usaha mengimbangi datangnya sesuatu yang tak tersangka-sangka. Jadi motiflah yang memegang peranan penting didalam tingkah laku dan sikap manusia sepanjang masa.
Kalau kita simak dan pelajari dari tayangan-tayangan peristiwa di TV, alangkah hancurnya motif diri bangsa kita. Mulai dari anak ingusan di desa yang hidup terlantar samapi ke jendral butak di kota yang hidup waaahh, motif dirinya sudah sangat jauh bergeser dari nilai-nilai luhur yang dicontohkan oleh para pendiri bangsa. Kita sudah aniaya diri kita sendiri, aniaya kepada bangsa kita sendiri, aniaya kepada calon amak cucu kita sendiri. Kita sudah memberi contoh sesat kepada calon penerus bangsa. Itulah potret kita hari ini.
Pantas kita berpikir panjang, sudah terlalu banyak kejadian liar diantara kita. Terkam menerkan silih berganti demi kepuasan "mengikuti motif diri". Antara rakyat jelata dengan sesama rakyat jelata, antara rakyat jelata dengan pejabat negeri bersama si kaya, antara pejabat negeri dengan pejabat negeri yang lebih tinggi. Dan yang paling konyol lagi akhir-akhir ini malah jadi tontonan nasional sebuah cerita bersambung aksi terkam menerkam antara pejabat tingi dengan pejabat tinggi.
Kemudian kita ini, rakyat jelata yang selalu sulit mencari sesuap nasi, jadi bertanya-tanya di dalam hati :
"Motif apa yang tersembunyi dihati mereka ?" Motif apa yang mampu menggerakkan begitu hebat hingga berani berbelok dari sumpah jabatannya.
Yang ada cuma tanda tanya.............

2 komentar:

  1. KORUPTOR lebih merusak bangsa ketimbang MIYABI.
    Miyabi, hanya merusak mereka yang menonton film-nya. Selebihnya dirinya sendiri yg rugi. Tetapi KORUPTOR, merusak dan merugikan puluhan bahkan jutaan rakyat Indonesia... dengan sengaja dan dengan sadar sesadar2nya demi HARTA.

    BalasHapus
  2. Haha.. benar juga tuh kata sobat anekdot... setuju atas komentarnya..

    BalasHapus